Mengatasi Masalah Tanpa Menimbulkan Masalah Baru (Harusnya) - Sukadi.net

November 2, 2010

Mengatasi Masalah Tanpa Menimbulkan Masalah Baru (Harusnya)

Lagi baca-baca di yahoo ketemu dengan berita tentang fakta penyebab HIV/AIDS terhadap 70 ibu rumah tangga di Surabaya ternyata tidak disebabkan oleh hubungan bebas. Kebetulan kemarin waktu pelatihan ada cerita tentang kenapa di kota Salatiga banyak terjadi kasus penyakit HIV/AIDS. Nah, sebelum saya menguraikan sedikit cerita tersebut, alangkah baiknya saya kutipkan tulisan yang saya baca di yahoo berikut ini:
REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA--Sebanyak 70 ibu rumah tangga di Surabaya tercatat positif menderita HIV/AIDS selama sembilan bulan terakhir pada tahun 2010 ini. Kasi Program Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Surabaya, Ponco Nugroho, Rabu mengatakan, banyaknya ibu rumah tangga yang terjangkit virus ini, memang sempat mengejutkan karena banyak yang mengaku tidak pernah melakukan hubungan seks bebas dengan penderita HIV/AIDS.

"Awalnya memang sulit dipercaya, tapi setelah dilakukan pemeriksaan, hasilnya seperti itu. Sebab penularan virus ini tidak hanya dari hubungan seks bebas saja, namun bisa melalui jarum suntik yang tidak steril. Justru itulah yang kita khawatirkan," ujarnya.

Ia menceritakan, pernah ada pasien seorang ibu rumah tangga yang tidak percaya mengidap positif HIV/AIDS. Namun, ketika menjalani konseling, ternyata sang ibu mengaku pernah disuntik saat menderita sakit. Koordinator Unit Perawatan Intermediet dan Penyakit Infeksi (UPIPI) RSU dr Soetomo, dr Erwin Astha Trijono, SpPD mengungkapkan, banyaknya ibu rumah tangga yang terjangkit HIV/AIDS karena sosialisasi terhadap mereka yang sangat minim.

"Tidak adanya sosialisasi kepada para ibu rumah tangga tentang penularan HIV/AIDS menjadi salah satu faktor rentannya terjangkit virus. Jadi, inilah tugas kita para dokter maupun instansi terkait untuk menindaklanjuti dan selalu menyosialisasikannya," terang dia.

Karena itulah, pihaknya berharap adanya edukasi atau pendidikan sosialisasi kepada siapa saja, termasuk ibu rumah tangga. Kata dia, selama ini pendidikan penanggulangan HIV/AIDS mayoritas dilakukan terhadap remaja dan instansi tertentu. "Padahal siapa saja bisa tertular. Ini yang harus difahami dan dimengerti semuanya. Kami harap yang tertular bisa diminimalisasi lagi," tukas ahli penyakit dalam tersebut.

Data di Dinas Kesehatan, kelompok yang rentan terkena virus HIV/AIDS ini adalah orang dengan mobilitas tinggi (sipil maupun militer), perempuan, remaja, anak jalanan, pengungsi, ibu hamil, penerima transfusi darah, maupun petugas kesehatan sendiri.

Erwin juga mengatakan, saat ini sudah ada obat bagi penderita HIV/AIDS. Untuk dewasa dalam bentuk tablet, sedangkan anak-anak dalam bentuk sirup. "Syaratnya, harus diminum sesuai aturan dan tidak boleh terlambat. Tapi, virus ini bisa disembuhkan kok, sama seperti penyakit lainnya," tuturnya menjelaskan.

Sumber berita http://id.news.yahoo.com/repu/20101027/tls-tak-lakukan-seks-bebas-70-ibu-rumah-4d4f647.html
Dari cerita yang saya dengar kemarin, ada alasan yang masuk akal kenapa di kota Salatiga banyak terjadi kasus HIV/AIDS, alasannya adalah dikarenakan penutupan lokalisasi di kota tersebut. Terlihat aneh memang, tapi kalau di logika memang itu adalah sebuah alasan yang tepat. Kenapa bisa demikian?, karena dulu waktu masih di tempat lokalisasi para pekerja seks komersial (PSK) bisa mendapatkan penyuluhan kesehatan dan pemantauan langsung oleh dinas/lembaga terkait. Setelah lokalisasi ditutup. para PSK menyebar sehingga sangat sulit untuk dipantau.

Nah, ternyata dibalik sebuah kebijakan ternyata bisa menimbulkan dampak negatif seandainya tidak diikuti dengan kebijakan lanjutan. Kalau menutup lokalisasi mungkin adalah hal yang mudah, tapi setelah itu perlu dipikirkan pula jalan keluar untuk meminimalisir timbulnya masalah baru. Saya sangat setuju dengan penutupan lokalisasi, tapi juga harus diikuti dengan tindakan konkret untuk meminimalisir permasalahan baru. Kalau pinjam istilahnya pegadaian, mengatasi masalah tanpa masalah... :)

Bagikan artikel ini

10 comments

  1. memang.... namanya saja lokalisasi, tujuannya ya untuk melokalkan agar bisa terkumpul, terpantau dan teratur. Kalau lokalisasi dibubarkan, ya jadi tak terkendali.

    ReplyDelete
  2. yup..diharapkan instansi terkait bs menyelesaikan masalah ini dng bijak, sehingga tidak menimbulkan masalah baru...

    mmhh..mengenai lokalisasi kayanya susah ditutup ya..bukan ga mungkin mereka yg telah 'lepas' dari sana tidak 'melakukan' lagi, krn mereka 'dilepas' (mungkin) tanpa pembekalan, dalam hal ini keterampilan baru bagi mereka...

    ReplyDelete
  3. mas banget mas, saya lupa....
    link blog ini sudah terpasang....
    salam kenal...

    ReplyDelete
  4. betul2 ya... susah...


    pelacuran sampai beranak pinaknya .... saat niat ditiadakan pun masih bs menimbulkan masalah lain

    ReplyDelete
  5. mungkin karena masalah ekonomi yang menyebabkan itu semua ya pak..

    ReplyDelete
  6. @pakeko: Jadinya bubar dan cari tempat sendiri-sendiri, dan tidak menutup kemungkinan membetuk lokalisasi baru..he.he

    @windflowers: Jadi, mengatasi masalah dengan memberikan solusi ya mbak, bukan hanya mengatasi masalah namun menimbulkan permasalahan baru...

    @Free Music Download: Terimakasih banyak Mas... :)

    @Skydrugz: karena bangsa ini sudah familiar dengan masalah Mas...he.he

    @qsew: mungkin juga.. :)

    Terimakasih

    ReplyDelete
  7. Ibu Rumah tangga? waa saya jadi miris, ini seperti penularan HIV via transfusi darah yang tercemar.

    pertanyaan kita: bagaimana perlindungan pada kita dari negara melalui rumah sakit atau fasilitas medis lainnya?

    Miris tenan!

    ReplyDelete
  8. @Inung Gunarba: Entah bagaimana bentuk perlindungannya Pak, padahal kita semua wajib di lindungi oleh negara ya Pak..he.he

    Terimakasih

    ReplyDelete
  9. Ya kalau menurut saya mas,, dihapuskannya lokalisasi memang keputusan yang tepat.. Tapi langkah selanjutnya yaitu penyadaran masyarakat mengenai "penyakit" ini tidaklah mudah dan secepat kilat.. Kalaupun mau ditutup maka sebaiknya pemerintah dan masyarakat sudah siap.. Gak asal ngeluarin aturan saja,,hehe..

    maturnuwun mas :)

    ReplyDelete
  10. @auliaafifhuda: Saya sangat setuju sekali dengan penutupan tempat lokalisasi, tapi setelah itu harus ada tindakan nyata untuk memecahkan permasalahan tanpa menimbulkan masalah baru...he.he

    ReplyDelete