Campursari, sebenarnya saya sendiri kurang begitu paham mengenai deskripsi dari jenis musik ini, saya hanya menikmati, karena campursari merupakan perpaduan antar alat musik tradisonal jawa dan alat musik modern. Tapi, dari wikipedia terdapat deskripsi atau sejarah yang cukup bisa menggambarkan musik campursari, seperti berikut ini:
Istilah campursari dalam dunia musik nasional Indonesia mengacu pada campuran (crossover) beberapa genre musik kontemporer Indonesia. Nama campursari diambil dari bahasa Jawa yang sebenarnya bersifat umum. Musik campursari di wilayah Jawa bagian tengah hingga timur khususnya terkait dengan modifikasi alat-alat musik gamelan sehingga dapat dikombinasi dengan instrumen musik barat, atau sebaliknya. Dalam kenyataannya, instrumen-instrumen 'asing' ini 'tunduk' pada pakem musik yang disukai masyarakat setempat: langgam Jawa dan gending.
Campursari pertama kali dipopulerkan oleh Manthous dengan memasukkan keyboard ke dalam orkestrasi gamelan pada sekitar akhir dekade 1980-an melalui kelompok gamelan "Maju Lancar". Kemudian secara pesat masuk unsur-unsur baru seperti langgam Jawa (keroncong) serta akhirnya dangdut. Pada dekade 2000-an telah dikenal bentuk-bentuk campursari yang merupakan campuran gamelan dan keroncong (misalnya Kena Goda dari Nurhana), campuran gamelan dan dangdut, serta campuran keroncong dan dangdut (congdut, populer dari lagu-lagu Didi Kempot). Meskipun perkembangan campursari banyak dikritik oleh para pendukung kemurnian aliran-aliran musik ini, semua pihak sepakat bahwa campursari merevitalisasi musik-musik tradisional di wilayah tanah Jawa.
Terlepas dari deskripsi atau sejarah musik campursari, saya tidak terlalu memusingkan hal tersebut. Sudah lama saya tidak mengikuti perkembangan musik campursari, semenjak
saya pindah kerja ke Slawi, rasanya sudah sangat jarang saya mendengar
musik campur sari diputar disini, umumnya musik dangdut atau tarling
yang sering 'mengudara'. Dulu, waktu saya masih di Klaten atau daerah
sekitar, mudah menemukan campursari diputar.
Pada akhir tahun 90-an sampai awal tahun 2000, musik campursari mengalami masa jayanya, bermunculan banyak kelompok musik campursari dan juga lagu-lagu yang populer. Di tempat saya, Klaten, setiap orang punya acara kalau ada hiburannya pasti menampilkan orkes campursari. Lagu-lagu dari Didi Kempot, Manthou's, Nurhana, dan penyanyi campursari lain fasih di dendangkan di banyak tempat.
Kini, sang maestro musik campursari, Manthou's, sudah meninggal dunia beberapa bulan yang lalu. Mungkin saja era keemasan campursari sudah berlalu, sedikit kelompok musik campursari yang masih bertahan, penyanyi campursari juga tak seproduktif dulu dalam mengeluarkan lagu-lagu baru. Tak apa, mungkin ini adalah proses yang mengharuskan musisi campursari untuk lebih kreatif lagi.
Saya berharap semoga saja masih muncul generasi yang akan melestarikan campursari, karena bagaimanapun juga campursari sudah memberi warna tersendiri dalam perkembangan musik di Indonesia pada umumya. Karena bukan rahasia lagi, musik atau kesenian yang "berbau" tradisional perlahan mulai tergerus arus kemajuan jaman. Semoga campursari tetap bertahan, seperti dulu, sampai kini, hingga nanti.
di daerah saya sekarang kalau ada orang hajatan lebih sering muternya lagu2 dangdut koplo,, padahal akan lebih enak kalau muter lagu campursari. semoga kelak ada pencetus musik campursari yang masih benar2 kental dengan unsur kebudayaan Jawa seperti alm. bapak Sumanto/ Manthou's.
ReplyDeleteMungkin sudah jamannya mas. Padahal, Pak Manthou's sendiri kan dari daerah mas dwi.
Deleteassalamualaikum Kang. Saya juga punya satu album Almr Mantous. Sebenarnya saya lebih seneng langgam jawa klasik dibanding camour tangan musik elektrik
ReplyDeleteWalaikumsalam, Kang.
DeleteKalau campursari terkadang semi modern, kalau klasik benar-benar masih "alami".
kalau tidak ada yang menyelamatkan pasti sebentar lagi tinggal cerita,
ReplyDeleteyang pasti bungkusnya harus menarik, terutama agar anak anak muda tertarik
Menarik tapi tidak meninggalkan pakem :)
Deletetapi emang asik sih kalo pas lagi panas panas
ReplyDeletecuma sayang sekarang banyak yang musiknya rame jadinya malah banyak unsur dangdutnya
mungkin menuruti selera pasar, biar bisa "diterima"
Deleteternyata asal dari Klaten ya, eyang saya juga dari klaten, pasti kalo disana ada hajatan biasanya ada campursarian, masih kental tradisi campursari disana khususnya yg masih di wilayah perdesaan
ReplyDeleteIya mas, saya aslinya dari Klaten.
Delete1. bagi saya, campursari is the best music.
ReplyDelete2. biarkan orang bilang apa, buat aku campursari adalah teman istirahat siang.
3. buat aku juga, campursari adalah music penjunjung tinggi adat dan budaya tradisional seperti keroncong dan langgam.
Campursari itu enak dan pas untuk segala suasana :)
DeleteIbu saya suka dengerin campursari juga
ReplyDeleteTapi sekarang udah jarang nemu kasetnya
:(
semakin berkurang memang pelestari campursari, meskipun masih ada
Deletesebenarnya masih banyak mas yg dengan senang hati melestarikan musik campursari ini,termasuk generasi muda. tp sayang kurang adanya dukungan dan kepedulian dari para seniman senior campursari itu sendiri.. walau tidak semua, tp kebanyakan dari mereka "para seniman senior campursari" hanya mementingkan ke eksistensinya masing-masing tanpa memberikan kesempatan generasi muda untuk menunjukkan karyanya.
Deletesebenarnya masih banyak mas yg dengan senang hati melestarikan musik campursari ini,termasuk generasi muda. tp sayang kurang adanya dukungan dan kepedulian dari para seniman senior campursari itu sendiri.. walau tidak semua, tp kebanyakan dari mereka "para seniman senior campursari" hanya mementingkan ke eksistensinya masing-masing tanpa memberikan kesempatan generasi muda untuk menunjukkan karyanya.
DeleteEntahlah, tapi nyatanya sekarang campursari mulai meredup, semoga saja akan bangkit kembali masa keemasannya.. :)
Deleteaku pikir ni kebudayaan harus lebih dilestarikan lagi
ReplyDeletekalo menurut ane, campursari mulai redup 2 atau 3 tahun terakhir ini. saat sekitar tahun 2000-an, campursari masih ngetrend di daerah ane. Sekarang ane masih sering dengerin di radio. enak juga tuh gan
ReplyDeletemungkin tiap wilayah beda-beda, sekarang pun masih sering campursari di putar di radio, meski tak semeriah dulu (menurut saya).
Deleteemang tuh mas mulai di tinggalkan, padahal campursari tu lagunya enak banget.. pas buat ilangin stress. :D
ReplyDeletesepertinya demikian.
Deletesayang banget ... mulai tersisih oleh dangdut koplo
ReplyDeleteAku belum pernah dengar Manthous sama sekali...
ReplyDeleteTapi Didi Kempot demen bangeeettt~
Dari Stasiun Balapan, Terminal Tirtonadi, Bandara Adisumarmo gak ada ya, Sewu Kutho, Layang Kangen, aaaa... :x :x
Padahal beliau maestro campursari lho..
DeleteTak heran kalau banyak yang suka dengan lagunya Didi Kempot, seperti halnya dengan saya :)
campur sari skrg udah tergeser mas... moga aja masih ada yang mau mengembangkan musik tradisional kita...
ReplyDeletecampursari seharusnya menjadi budaya yang wajib di lestarikan, miris memang, hari ini malah tidak banyak di lirik, padahal itu budaya bangsa kita yang luar biasa..
ReplyDeletebetul mas, kita harus menjaga nya, kalau tidak bisa berabe..
Deletemari kita jaga, dan lestarikan budaya kita agar tidak lenyap dan tetap lestari...
ReplyDeleteayo kita kembangkan lagi budaya campur sari.....
ReplyDeletemari kita jaga tradisi dan budaya indonesia tercinta kita .....
ReplyDeleteMoga moga hal seperti ini tidak lekang oleh jaman, soalnya teknologi dan gadget2 udah semakin canggih takutnya hal seperti ini bisa terlupakan
ReplyDeleteTradisi dan kekayaan leluhur harus dijaga dan di lestarikan untuk generasi muda, jangan sampai pudar..
ReplyDeletejos, emang budaya musik indonesia tiada matinya...
ReplyDeleteLagu campursari tak akan pernah mati termakan usia, tetap syahdu di telinga, bikin hati ser seran. hhehehehehe jangan sampai lah lagu campursari jadi expired.. paling aransemen ada, tapi originalnya tetap ada...
ReplyDelete