Ketoprak Dan Kesenian Tradisional Yang Mulai 'Punah' - Sukadi.net

August 4, 2012

Ketoprak Dan Kesenian Tradisional Yang Mulai 'Punah'

Cerita Dari Jaman Ketoprak Sampai Dengan Jaman Sinetron 

Kesenian Tradisional
Dulu, waktu saya masih kecil dan jaman televisi di desa saya masih hitam putih, tontonan yang paling menarik bagi orang tua khususnya adalah ketoprak, meskipun anak-anak, remaja, maupun dewasa juga menyukainya. Stasiun televisi masih TVRI, stasiun TV swasta seingat saya belum banyak (atau mungkin belum sampai siarannya di tempat saya), sehingga stasiun televisi paling favorit adalah TVRI.

Ketoprak memang menarik, apalagi masih kental dengan budaya jawa yang masih mengakar di wilayah saya, kala itu. Setiap malam minggu, menonton ketoprak menjadi hiburan yang menyenangkan bagi orang desa, apalagi kalau Ketoprak sayembara, itu lebih menarik perhatian lagi.

Seiring dengan perkembangan, stasiun televisi swasta mulai bermunculan, dan mulai ada satu dua yang memiliki televisi sendiri, bahkan ada yang sudah berwarna. Perlahan-lahan, eksistensi TVRI mulai tergusur, orang tua yang dulunya suka nonton ketoprak mulai berubah arah, perlahan-lahan, sinetron mulai menjadi pengganti ketoprak yang sebelumnya jadi idola. Apalagi "peran" anak-anak cukup besar, orang tua sering mengalah saat harus dihadapkan dengan anak-anak yang lebih suka menonton tayangan kesukaannya.

Dan sekarang nampak sangat jelas, betapa sinetron mulai menggantikan eksistensi ketoprak dan kesenian daerah lainnya. Orang tua tak sungkan membicarakan sinetron saat berkumpul, asik dan sepertinya begitu menarik. Sangat bertolak belakang dengan jaman saya kecil dulu, di mana tempat, kalau membicarakan acara di televisi seringnya bercerita tentang ketoprak.

Mungkin saja perkembangan jaman dan perubahan pola fikir telah menjadikan semua serasa mudah, perubahan yang mau tidak mau harus di terima, suka atau tidak. TVRI yang masih paling konsisten menayangkan acara kesenian tradisional seperti ketoprak harus rela menelan pil pahit, perlahan mulai di tinggalkan penggemarnya. Sinetron sudah menjadi tayangan favorit, diluar konteks bagus atau tidak, berkualitas atau tidak, tayangan "ketoprak modern" ini sudah jauh meninggalkan ketoprak yang sepertinya semakin sedikit pelestarinya. Dan sepertinya tinggal menunggu waktu untuk melihat ketoprak dan kesenian tradisional lainnya "punah" tertelan jaman.

Pelestarian Kesenian Tradisonal Dan Peran Televisi
Sebenarnya saya dan mungkin masih banyak yang lainnya, yang berharap agar kelestarian budaya Indonesia tetap terjaga. Kadang terasa aneh, saat ada negara lain yang mengakui kebudayaan Indonesia sebagai budaya negeranya, banyak yang bereaksi dan seolah memiliki sepenuhnya kebudayaan tersebut. Padahal, kalau mau jujur, bisa jadi mengenal keseniannya saja kita (saya) belum.

Saya percaya, banyak fihak yang telah berusha keras untuk terus menjaga dan melestarikan kesenian tradisional seperti ketoprak dan lainnya, tapi, perimbangannya dirasa kurang, saat dunia global lebih berorientasi pada kemajuan teknologi ketimbang berkaca pada masa lalu. Tak ada yang keliru, namun alangkah baiknya kalau hal semacam ini perlu di luruskan, karena sekarang ada karena masa lalu.

Peran televisi juga sangat vital dalam menjaga dan melestarikan budaya, selain TVRI, sepertinya sedikit stasiun televisi yang konsisten dalam menayangkan acara-acara tentang kesenian tradisional. Saya cenderung berfikir tentang orientasi profit ketimbang niatan melestarikan budaya. Dulu sempat booming acara ketoprak humor, ada juga sajian wayang kulit di salah satu TV swasta, tapi itu dulu, saat pasar belum jenuh.

Ah, mungkin kurang bijak kalau saya terlalu mengkoreksi fihak lain, barangkali saya juga masih perlu belajar untuk mencintai kesenian tradisional dan kalau bisa turut melestarikannya. Soal sampai kapan kesenian tradisional akan bertahan, biarlah waktu nantinya yang memperjelas. Dan saat saya ingat masa lalu, saya kembali teringat tentang televisi hitam putih yang kini sudah jadi barang rongsok. Apakah kesenian tradisional akan bernasib sama dengan televisi hitam putih tersebut?, entahlah.

Bagikan artikel ini

8 comments

  1. yah kalau memang mau anak muda menonton, ya harus dibungkus dengan selera anak muda lah pak...
    klo mengharap tipi swasta nayangin klo yang nonton cuman sikit ya pasti mending nayangin yang laen, khan mereka buat stasiun tipi juga keluar duit banyakkkk banget pak... :D

    ReplyDelete
  2. Sayang sekali ketoprak menjadi jarang sekali ditemui di televisi dan kemudian digantikan sinetron padahal ketoprak lebih mendidik daripada sintron..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau jarang muncul di TV mungkin benar, tapi soal mendidik atau tidak, tergantung dari sudut pandang.

      Delete
  3. melestarikan budaya memang susah, kerna jaman yg sudah berbeda, orang sekarang mau nonton hiburan sudah bermacem macem, jadi yg gak ada penontonnya ya bakalan tersingkir,

    salam kenal masbro

    ReplyDelete
  4. mungkin stasiun tipinya harus setengah dipaksa dari pemerintah, untuk tipi yang jenis siarannya gado gado, sekian jam dalam seminggu harus menyiarkan budaya dan kesenian tradisional, [sekarang stasiun tipinya semua masih gado gado khan ya pak?, ya berita, ya musik, ya pilem, ya kartun... ]

    ReplyDelete
    Replies
    1. Entahlah, biasanya yang laku yang banyak ditayangkan.

      Delete