Jokowi Bukan Erdogan - Sukadi.net

July 25, 2016

Jokowi Bukan Erdogan

Entah, tiba-tiba saja saya merasa gatal saat hari ini membuka Facebook, sebuah status yang dibagikan oleh seorang teman. Sepertinya Facebook tak lagi ramah bagi penggunanya, ada-ada saja yang membuat tidak nyaman, mulai dari iklan, gambar-gambar tak pantas, hingga status yang memprovokasi dan berisi kebencian.

Pernah saya tulis sebuah status sebelumnya, isinya mungkin juga membuat orang lain kurang suka, seperti dalam gambar berikut:
Ya, itu adalah ungkapan ketidaksukaan saya terhadap status-status negatif yang banyak tersebar di Facebook. Karena saya merasa, tidak sedikit orang yang tidak tahu apa-apa tapi asal suka, lalu membagikan status atau berita dengan begitu saja.

Pagi ini pun sama, saya masih menemukan status yang saya anggap berlebihan, bahkan yang dijadikan objek cibiran adalah Presiden Jokowi. Seperti ini bunyi statusnya:
Pak gak bosen ya bertindak bodoh... jadi presiden yg bener napa.
Tau gk pak , Erdogan itu di cintai rakyatnya karena KERJA NYATA bukan AKSI DEPAN KAMERA.
.
CAPEEEK PAK RAKYATMU INI
Apakah ada yang salah dengan status tersebut? Tidak, saya merasa tidak ada yang keliru, hak setiap orang untuk mengungkapkan perasaannya. Tapi mbok yang logis, Jokowi itu bukan Erdogan, dan hidupnya di negara yang berbeda. Jokowi juga belum tentu mau dan bisa seperti Erdogan, kok. Pun demikian sebaliknya.
Saya juga menginginkan pemimpin yang baik dan amanah, tapi saya anggap status tersebut sia-sia saja, tak ada gunanya. Mana sempat presiden baca status seperti itu? Kenapa juga perbandingannya Jokowi dan Erdogan? Memang semenjak kudeta gagal di Turki beberapa waktu yang lalu, nama Presiden Turki kian tenar, citra Erdogan kian terangkat sebagai presiden yang baik dan dicintai rakyatnya. Tapi kita hidup di Indonesia, dengan banyak dinamika yang begitu mbulet bila diurai.

Saya sendiri tak begitu mengikuti berita-berita politik, dalam maupun luar negeri, hanya sesekali saja. Bukan apa-apa, nyatanya hanya sakit hati dan frustasi bila mengikuti berita politik dalam negeri.

Saya bukan pendukung Jokowi garis keras, saya hanya rakyat biasa yang tak begitu peduli dengan perpolitikan di negeri ini. Tapi, melihat orang nyinyir dan cenderung merendahkan orang lain membuat saya merasa tidak nyaman. Tidak hanya presiden, tukang sapu pun akan membuat saya tak nyaman bila ada yang merendahkannya terus menerus.

Sudahlah, percuma saja saya mengomentari, seperti halnya kesia-siaan orang yang buat status nyinyir seperti itu. Jangankan presiden, agama saja sekarang dibuat bahan nyinyir kok, banyak yang merasa paling pintar, paling benar. Padahal, kalau dia ditempatkan dalam posisi tersebut belum tentu dia bisa melakukannya. Eh, sudah, saya tidak mau ikut nyinyir terhadap orang yang buat status seperti itu.

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda