Anak Perusahaan Grup yang Bediri dengan Nama Raja Garuda Mas Mendukung Replanting Kelapa Sawit Petani Swadaya - Sukadi.net

February 1, 2018

Anak Perusahaan Grup yang Bediri dengan Nama Raja Garuda Mas Mendukung Replanting Kelapa Sawit Petani Swadaya

Source: Sawit Indonesia
Kelapa sawit merupakan salah satu bidang awal yang ditekuni Royal Golden Eagle (RGE) sejak  ketika masih bernama Raja Garuda Mas. Oleh sebab itu, mereka tahu persis segala tentang industrinya. Salah satunya terkait masa replanting yang sering menjadi momok bagi para petani kelapa sawit.

Royal Golden Eagle mulai berdiri pada 1973. Pada awalnya, mereka menekuni industri kayu lapis. Namun, kini sesudah bertransformasi dari Raja Garuda Mas menjadi RGE, bidang yang digeluti semakin beragam. Sekarang mereka terjun dalam industri kelapa sawit, pulp and paper, pengembangan energi, viscose fibre, serta selulosa spesial.

Salah satu anak perusahaan Royal Golden Eagle yang berkiprah di industri kelapa sawit adalah Asian Agri. Mereka mulai berdiri sejak 1979 dan mulai mengoperasikan perkebunan pertamanya di Gunung Melayu pada 1983.

Sejak saat itu, Asian Agri terus berkembang. Mereka akhirnya menjadi salah satu produsen kelapa sawit penting di Indonesia. Kapasitas produksi yang mencapai satu juta ton per tahun merupakan bukti nyata.

Dari fakta tersebut terlihat jelas pengalaman panjang Asian Agri dalam industri kelapa sawit. Tidak heran, mereka tahu persis tantangan besar yang dihadapi kala menjalankan proses penanaman ulang atau replanting perkebunan.

Kelapa sawit memang merupakan tanaman yang mampu produktif dalam jangka panjang. Namun, ketika umurnya sudah memasuki 20 hingga 25 tahun, produktivitasnya berkurang secara alamiah. Kala itu seharusnya replanting dilakukan.

Para petani kelapa sawit sebenarnya juga mengetahuinya. Namun, mereka sering berupaya menunda. Sebab, bagi petani, momen ini menjadi masa-masa sulit yang menakutkan.

Perlu diketahui, untuk menanam ulang kelapa sawit di perkebunan membutuhkan biaya besar. Mereka harus merogoh kocek untuk membeli bibit hingga menjalankan pekerjaan.

Pada saat yang bersamaan, penghasilan mereka menghilang. Sebab, tanaman tengah diganti dengan yang baru. Padahal, untuk bisa menghasilkan panen pertama, petani kelapa sawit mesti menunggu masa hingga tiga tahun.

Dengan kondisi seperti itu, sangat wajar kalau petani sering berupaya menghindari replanting. Namun, langkah itu sebenarnya salah. Penanaman ulang harus dilakukan agar produktivitas bisa diraih.

Tahu persis kondisi tersebut, Asian Agri kerap melakukan pendampingan kepada para petani menjalani masa replanting. Sebelumnya anak perusahaan grup yang berdiri dengan nama Raja Garuda Mas ini sering melakukannya ke para petani plasmanya. Namun, kini mereka memperluas jangkauan dukungan ke para petani swadaya yang juga membutuhkan bantuan.

Hal ini sudah dilakukan oleh Asian Agri dengan melakukan pendampingan salah satunya pada November 2017 di Sumatra Utara melalui BPDP. Kala itu, unit bisnis bagian dari Royal Golden Eagle ini menyerahkan dana peremajaan kelapa sawit kepada KUD Anugerah Jaya Mandiri Sejahtera. Mereka adalah mitra Asian Agri yang berbasis di Desa Kota Tengah Kecamatan Dolok Masihul, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatra Utara.

Para anggota KUD Anugerah Jaya Mandiri Sejahtera merupakan para petani kelapa sawit swadaya. Mereka mengelola lahan perkebunan seluas 157 hektare. Seluruh lahan itulah yang proses penanaman ulangnya didukung penuh oleh Asian Agri.

Momen pemberian dukungan tersebut dilakukan pada 27 November 2017. Saat itu, Presiden Indonesia Joko Widodo ikut menyaksikan. Ia didampingi sejumlah menteri seperti Menko Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Pertanian Amran Sulaiman, Menteri ATR/BPN Sofyan Djalil, Menteri Koperasi dan UKM Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga.

Perhelatan itu pun membuka kesempatan bagi para petani untuk bertemu langsung dengan Presiden dan para menteri. Hal itu tidak disia-siakan oleh para petani untuk melakukan dialog.

PRODUKTIVITAS MENURUN
Source: Asian Agri
Peremajaaan pohon kelapa sawit memang perlu dilakukan secara rutin supaya produktivitas perkebunan meningkat. Sebab, ketika sudah berumur 20 tahun ke atas, hampir dipastikan hasil yang diperoleh petani akan berkurang.

Hal tidak jauh beda dirasakan oleh para petani yang berhimpun di KUD Anugerah Jaya Mandiri Sejahtera. Namun, secara umum, masalah yang dihadapi tidak hanya dirasakan oleh mereka. Di berbagai daerah juga problem serupa ikut mengganggu.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution malah menilai peremajaaan kelapa sawit di Sumatra Utara sudah sangat mendesak. Ia menyatakan bahwa dari total lahan kelapa sawit perkebunan rakyat seluas 470 ribu hektare, 350.000 hektare di antaranya telah berusia tua.

Ini jelas berdampak kepada produktivitas yang terus menurun. Lihat saja, per tahun hasil yang diraup kurang dari 10 ton Tandan Buah Segar. Jumlah ini sangat rendah dan tidak produktif sama sekali.

Kondisi ini memang dirasa menyulitkan bagi petani. Namun, dukungan dana dari BPDP dan pendampingan yang dilakukan oleh Asian Agri diharapkan mempermudah petani swadaya dalam menjalani replanting.

Akan tetapi, dukungan yang diberikan oleh Asian Agri bukan sekadar dana. Anak perusahaan Royal Golden Eagle ini juga menyediakan bibit unggul Topaz. Bibit hasil riset dan pengembangan Asian Agri ini terbukti memberikan produksi yang baik serta tahan dalam beragam kondisi.

Selain itu, Asian Agri tetap akan memberikan pendampingan kepada para petani swadaya. Mereka akan diajari cara-cara pengelolaan perkebunan yang baik. Kemudahan memperoleh pupuk pun akan diberikan.

“Kami berharap mitra swadaya dapat menyusul keberhasilan petani plasma meraih produktivitas yang tinggi serta meningkatkan kesejahteraan mereka,” kata Head of Sustainability and Stakeholder Relations Asian Agri, Bernard A. Riedo di Sawit Indonesia.

Saat kelapa sawit belum bisa dipanen, Asian Agri mengajari petani beragam cara untuk mencari sumber mata pencaharian baru. Mereka diajari beternak, berkebun, atau melakukan produksi produk untuk berwiraswasta.

Dalam kegiatan ini, Asian Agri sering memanfaatkan program Community Development yang dimiliki. Mereka kerap pula bekerja sama dengan Tanoto Foundation dalam proses pelaksanaan.

Keseriusan Asian Agri dalam mendukung petani swadaya dalam proses replanting memang searah dengan target perusahaan. Mereka sudah bertekad untuk memperluas jangkauan relasi dengan petani swadaya.

Kemitraan dengan petani swadaya sudah dimulai sejak 2012. Pada tahun tersebut, petani swadaya yang bermitra dengan Asian Agri mengelola lahan seluas 2.791 hektare di Riau dan Sumatera Utara. Pada 2013, luasnya bertambah menjadi 6.044 hektare dengan tambahan area di Jambi.

Setiap tahun, luas area yang dikelola dalam kemitraan tersebut terus bertambah. Sampai tahun 2016, Asian Agri telah menggandeng perkebunan petani swadaya seluas 24.500 hektare. Jumlah itu melonjak menjadi 30 ribu hektare pada 2017. Namun, pada 2018, anak perusahaan RGE ini menargetkan lahan kemitraan dengan petani swadaya sudah mencapai 40 ribu.

Dari fakta ini terlihat nyata komitmen nyata Asian Agri untuk berkembang bersama petani. Ketika saat-saat sulit hadir, anak perusahaan Royal Golden Eagle ini hadir untuk mendampingi petani. Langkah ini diyakini sangat menolong petani swadaya dalam melewati masa penanaman ulang kelapa sawit.

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda