Komitmen Perlindungan Alam Perusahaan Sukanto Tanoto Terlihat Dari Dasbor Keberlanjutannya - Sukadi.net

June 29, 2018

Komitmen Perlindungan Alam Perusahaan Sukanto Tanoto Terlihat Dari Dasbor Keberlanjutannya

Image Source: Inside RGE
https://www.inside-rge.com/Apical-Ups-the-Bar-with-Enhanced-Sustainability-Dashboard
Pendiri Royal Golden Eagle (RGE), Sukanto Tanoto, menaruh perhatian besar terhadap kelestarian alam. Ia selalu mengarahkan agar perusahaannya berkomitmen penuh terhadap perlindungan lingkungan. Hal itu dijalankan dengan apik oleh Apical yang merilis dasbor keberlanjutan.

Apical merupakan salah satu perusahaan Sukanto Tanoto yang bergerak di dalam industri kelapa sawit. Mereka termasuk pemroses dan pengekspor minyak kelapa sawit dan berbagai produk turunannya yang terbesar di Indonesia. Selain crude palm oil, Apical juga memproduksi bahan makanan, oleo chemicals, dan biodiesel.

Dalam melakukan proses produksi, Apical menggunakan empat pusat pengolahan yang ada di Indonesia dan Tiongkok. Dari situ mereka mampu menembus kapasitas produksi 4,2 juta ton minyak kelapa sawit per tahun.

Apical melaksanakan arahan Sukanto Tanoto terkait dengan keberlanjutan dengan baik. Mereka membuktikannya dengan beragam cara. Salah satunya melalui transparansi rantai pasokan bahan baku.

Untuk melakukannya, Apical meluncurkan dasbor keberlanjutan sejak 2015. Hal ini berguna sebagai respons positif atas tuntutan publik sekaligus bukti nyata terkait operasional yang bertanggung jawab terhadap alam di tubuh perusahaan.

Saat ini, publik memang mengharapkan ada transparansi terkait asal muasal bahan baku. Mereka ingin agar suplai benar-benar diperoleh dari jalur legal dan berasal dari perkebunan yang tidak merusak alam. Jika tidak mampu menunjukkannya, maka sebuah produk kelapa sawit tidak akan bisa beredar di pasar internasional.

Apical menghadapi tuntutan tersebut dengan langkah positif. Mereka menjamin keterlacakan suplai bahan bakunya. Siapa pun bisa melacak asal muasal bahan baku dan pengelolaannya.

Perusahaan Sukanto Tanoto ini telah bisa memastikan keterlacakan di pusat produksinya sejak 2015. Sampai sekarang, ada empat pusat pengolahan yang mereka miliki di Indonesia, yakni Sari Dumai Sejati, AAJ Marunda, AAJ Tanjung Balai, dan CET. Fasilitas itu terletak di Riau, Sumatera Utara, dan Jakarta Utara.

Supaya sistem keterlacakan dapat berjalan dengan baik, Apical merilis dokumen yang dinamai Traceability Declaration Document (TDD). Perusahaan Sukanto Tanoto ini selalu memastikan untuk memperbarui TDD setiap empat bulan sekali di empat fasilitas tersebut.

Level keterlacakan berikutnya terkait dengan Tandan Buah Segar (TBS). Apical kemudian menjalin kerja sama dengan The Forest Trust (TFT) untuk membuat metodologi keterlacakan TBS yang pas.

Semua langkah tersebut dilakukan karena Apical mau mengejar target besar Mereka berencana pada 2020 sudah bisa mencapai keterlacakan TBS secara penuh. Agar misi bisa tercapai, mereka terus berusaha menyelesaikan persoalan terkait keterlacakan TBS dengan para penyuplai.

Secara umm, Apical membagi tiga penyuplai bahan baku menjadi tiga kategori, yakni estate yang disusul dengan Koperasi dan Dealer. Dalam tiga kategori tersebut masing-masing ada indikator untuk menunjukkan keterlacakan TBS.

Keterlacakan bahan baku merupakan salah satu aspek keberlanjutan yang ditekankan oleh Apical. Hal ini dirasa penting bagi misi perusahaan untuk ikut aktif menjaga keseimbangan iklim.

Presiden Apical Group Dato Yeo How menyatakan Apical sudah mengambil sejumlah langkah penting terkait keberlanjutan. Sejak September 2014, anak perusahaan Sukanto Tanoto sudah menjalankan Sustainability Policy. Selain itu, mulai Mei 2015, mereka sudah menjalin relasi dengan TFT untuk memastikan implementasinya berjalan baik.

“Banyak hal yang sudah kami raih sejak peluncuran ‘dasbor’ untuk melacak masa depan,” tandas Dato Yeo How.

Dato Ye How menyatakan keberlanjutan telah menjadi spirit bagian dari operasional di Apical. Dasbor keberlanjutan merupakan bukti nyata bahwa mereka benar-benar melindungi alam.

“Keberlanjutan merupakan komitmen jangka panjang Apical,” kata Presiden Apical Group, Dato Yeo How. “Laporan ini memperlihatkan komitmen kami dan tekad kami untuk menjalankan transparansi dalam proses keberlanjutan kami dan pencapaiannya. Tantangan masih kami hadapi dan kami sedang berupaya melewatinya.”

LANGKAH-LANGKAH LAIN
Image Source: Inside RGE
https://www.inside-rge.com/Apical-Ups-the-Bar-with-Enhanced-Sustainability-Dashboard
Keberlanjutan sudah menjadi bagian dari operasional Apical. Hal itu tidak hanya dibuktikan dengan kehadiran Dasbor Keberlanjutan. Masih banyak kegiatan lain yang dijalankan oleh perusahaan Sukanto Tanoto ini dalam melindungi alam.

Pertama ialah dengan mendorong mitra kerjanya untuk ikut melakukan operasional yang bertanggung jawab terhadap alam. Dato Yeo How menyatakan Apical melakukan upaya supaya penyuplainya ikut aktif melakukan perlindungan terhadap hutan dengan nilai konservasi tinggi.

Bukan hanya itu, perusahaan Sukanto Tanoto ini juga membuktikan diri telah meraih beragam sertifikasi keberlanjutan. Hingga kini, mereka sudah menjadi anggota Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) dan mendapat sertifikat International Sustainability & Carbon Certification (ISCC).

Belakangan, Apical malah tengah mengupayakan sertifikasi Sustainability Assurance System (SAS). Ini sejalan dengan putusan perusahaan bergabung dengan Joint Sustainable Palm Oil Manifesto (SPOM).

Bersamaan dengan itu, Apical berusaha keras untuk mengembangkan penghidupan sosial dan ekonomi masyarakat di sekitarnya. Mereka melakukan beragam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan dengan sejumlah kegiatan seperti pembuatan infrastruktur maupun kemudahan akses ke pasar.

Untuk menjaga hubungan yang baik dengan masyarakat, mereka juga memegang teguh prinsip Free, Prior and Informed Consent (FPIC). Hal ini supaya relasi dengan penduduk tetap harmonis dan sesuai aturan. Patut dipahami pelaksanaan FPIC memang menjamin relasi yang adil antara perusahaan dan komunitas asli.

“Kami di Apical siap menatap ke depan ketika kami bisa memproduksi minyak kelapa sawit berkelanjutan yang terlacak sepenuhnya dengan dukungan mitra bisnis kami,” kata Dato Yeo How.

Oleh sebab itu, untuk pertama kali, Apical mampu merilis Laporan Keberlanjutan pada 2017. Hal itu dilakukannya untuk membeberkan sejumlah langkah dalam menjaga keseimbangan iklim.

Dalam laporan tersebut, terdapat beberapa aspek yang ditonjolkan oleh Apical. Sebagai distributor, pertama kali mereka menyoroti aspek keterlacakan suplai bahan bakunya. Di segi tersebut, mereka memperlihatkan kemampuan untuk menjaga persentase keterlacakannya hingga 100 persen.

Selain itu, Apical memperlihatkan pula upaya serius untuk menjalin hubungan lebih baik dengan pemangku kepentingan. Hal itu ditandai dengan tindakan memperkuat hubungan dengan 21 suplier prioritas di Sumatra dan Kalimantan selama 2016.

Langkah Apical bisa menjadi contoh bagi pihak lain. Sebagai institusi global, mereka membuktikan diri mampu menjaga produktivitas sembari mempertahankan kelestarian alam.

Sebagai bagian dari grup RGE, Apical memang dituntut untuk menjalankan filosofi bisnis perusahaan. Di sana dikenal ada prinsip kerja 5C. Pada intinya, ini adalah arahan dari Sukanto Tanoto supaya operasional Royal Golden Eagle mampu memberi manfaat.

Royal Golden Eagle diwajibkan oleh Sukanto Tanoto untuk bermanfaat bagi pelanggan, masyarakat, negara, iklim, sehingga akan bermanfaat bagi perusahaan. Beragam upaya perlindungan terhadap alam seperti pembuatan Dasbor Keberlanjutan oleh Apical merupakan bukti nyata. Itu merupakan langkah konkret dari perusahaan Sukanto Tanoto tersebut untuk menjaga lingkungan tetap terawat. Diharapkan pula hal tersebut mampu menginspirasi pihak lain supaya menjalankan hal yang sama.

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda