Do'a Orang Banyak
Pedan, 5 Mei 2014. Jam 21.30an
Jam sembilan malam lebih saya baru pulang, tak ayal, hal ini membuat saya harus berhati-hati dalam berkendara sepeda motor. Maklum saja, selain badan sudah lelah, kondisi jalan yang tak begitu terang dan kondisi jalan yang ada lubang disana-sini membuat saya harus berhati-hati. Apalagi beberapa hari sebelumnya, pada jam yang hampir sama, ban saya bocor kena paku.
Semua masih sama, sepi dan sesekali melintas kendaraan. Hingga akhirnya samapi di lapangan Pedan, sebelah utara Polsek Pedan. Suara motor itu jelas terdengar bising, layaknya orang kampanye, suara knalpot meraung dan membuat tidak nyaman mereka yang mendengarnya. Perlahan mendekat, sampailah disamping saya, jelas mereka anak remaja berboncengan tiga dengan menggunakan motor RX King. Seperti kesurupan, mungkin saking girangnya atau mungkin saja sedang terpengaruh minuman keras.
Sepanjang jalan polah mereka jadi perhatian, entah apa yang terlintas dibenak para remaja itu, yang jelas orang yang mendengar atau sedang berada disepanjang jalan dibuat tidak nyaman. Sumpah serapah saya kira banyak terlontar, tak terkecuali dari saya. Tak selang berapa lama, entah karena doa orang banyak, atau memang karena nasib mereka yang sedang apes, suara motor itu berhenti seiring bunyi benturan cukup keras.. Brraaakkk....!!
Ya, akhirnya kesenangan itu berakhir. Motor yang tadinya meraung dan mengganggu itu pun harus tersungkur, rubuh ditengah jalan. Saya tak peduli, bukan apa-apa, tapi karena saya kadung tidak simpatik pada mereka, mungkin juga karena terlanjur tidak suka. Saya melintas disamping mereka dengan begitu saja, sepintas saya lihat diantara remaja itu melompat ke tepi jalan, menampakkan raut kekhawatiran, melihat kerumunan orang diseberang jalan yang barangkali akan menyumpahi mereka.
Indonesian Idol, 9 Mei 2014
Seperti kebanyakan ajang pencarian bakat lainnya, Indonesian Idol pun tak jauh berbeda, model penentuan pemenang dilakukan lewat polling. Dan tentu saja tidak gratis untuk memilih, karena tarif yang diberlakukan adalah tarif premium. Banyak orang yang hanya bisa berdo'a agar peserta yang mereka dukung bisa terus melaju dan bisa menang.
Pun demikian dengan saya. Entah mengapa, untuk edisi Indonesian Idol 2014 ini saya sering mengikuti, meski tidak rutin tiap minggu menonton, namun paling tidak tahun ini saya lebih hafal soal Idol bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Mulai babak audisi hingga sekarang, saya kerap menonton.
Sedari awal saya menjagokan Husein Alatas untuk dapat menjuarai ajang Indonesian Idol 2014, karena tak suka dengan model penentuan pemenang yang lewat polling pemirsa, terkadang saya hanya bisa berharap bahwa yang terbaiklah yang akan menang. Saya sudah agak pesimis, saat babak tiga besar sudah ada nama-nama yang menjadi idola para juri, Nowela dan Virzha. Husein bukanlah nama yang bisa dikatakan lebih populer.
Ternyata, Virzha harus terisisih dan gagal melaju ke grand final. Tentu setiap orang mempunyai jagoan masing-masing, tapi tak semua mampu mendukung dengan mengirimkan SMS premium maupun lewat voting yang juga berbayar, bisa dikatakan kalau banyak yang mendukung dengan do'a. Ah. Siapapun yang menjadi juara nantinya itu tak melulu soal kualitas pesertanya, kadang obyektif, kadang subyektif, lebih dari sekedar baik buruk, bukan tidak mungkin nanti yang jadi juara berkat do'a orang banyak.
Sepanjang jalan polah mereka jadi perhatian, entah apa yang terlintas dibenak para remaja itu, yang jelas orang yang mendengar atau sedang berada disepanjang jalan dibuat tidak nyaman. Sumpah serapah saya kira banyak terlontar, tak terkecuali dari saya. Tak selang berapa lama, entah karena doa orang banyak, atau memang karena nasib mereka yang sedang apes, suara motor itu berhenti seiring bunyi benturan cukup keras.. Brraaakkk....!!
Ya, akhirnya kesenangan itu berakhir. Motor yang tadinya meraung dan mengganggu itu pun harus tersungkur, rubuh ditengah jalan. Saya tak peduli, bukan apa-apa, tapi karena saya kadung tidak simpatik pada mereka, mungkin juga karena terlanjur tidak suka. Saya melintas disamping mereka dengan begitu saja, sepintas saya lihat diantara remaja itu melompat ke tepi jalan, menampakkan raut kekhawatiran, melihat kerumunan orang diseberang jalan yang barangkali akan menyumpahi mereka.
*****
Indonesian Idol, 9 Mei 2014
Seperti kebanyakan ajang pencarian bakat lainnya, Indonesian Idol pun tak jauh berbeda, model penentuan pemenang dilakukan lewat polling. Dan tentu saja tidak gratis untuk memilih, karena tarif yang diberlakukan adalah tarif premium. Banyak orang yang hanya bisa berdo'a agar peserta yang mereka dukung bisa terus melaju dan bisa menang.
Pun demikian dengan saya. Entah mengapa, untuk edisi Indonesian Idol 2014 ini saya sering mengikuti, meski tidak rutin tiap minggu menonton, namun paling tidak tahun ini saya lebih hafal soal Idol bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Mulai babak audisi hingga sekarang, saya kerap menonton.
Sedari awal saya menjagokan Husein Alatas untuk dapat menjuarai ajang Indonesian Idol 2014, karena tak suka dengan model penentuan pemenang yang lewat polling pemirsa, terkadang saya hanya bisa berharap bahwa yang terbaiklah yang akan menang. Saya sudah agak pesimis, saat babak tiga besar sudah ada nama-nama yang menjadi idola para juri, Nowela dan Virzha. Husein bukanlah nama yang bisa dikatakan lebih populer.
Ternyata, Virzha harus terisisih dan gagal melaju ke grand final. Tentu setiap orang mempunyai jagoan masing-masing, tapi tak semua mampu mendukung dengan mengirimkan SMS premium maupun lewat voting yang juga berbayar, bisa dikatakan kalau banyak yang mendukung dengan do'a. Ah. Siapapun yang menjadi juara nantinya itu tak melulu soal kualitas pesertanya, kadang obyektif, kadang subyektif, lebih dari sekedar baik buruk, bukan tidak mungkin nanti yang jadi juara berkat do'a orang banyak.
1 comment for "Do'a Orang Banyak"