Karena Wanita Tidak Hanya Butuh Dimengerti - Sukadi.net

October 13, 2020

Karena Wanita Tidak Hanya Butuh Dimengerti

Sepak bola adalah olahraga yang identik dengan kaum laki-laki, walau sebenarnya olahraga ini juga dimainkan oleh kaum perempuan. Mayoritas pendukung yang dari kaum laki-laki inilah yang membuat wanita terkesan menjadi minoritas, sehingga memunculkan opini bahwa sepak bola adalah laki-laki. 

Sudah, saya kira tidak ada yang perlu diperdebatkan, ini hanya soal sudut pandang, dalam kenyataannya tidak 100% pernyataan itu benar. Laki-laki dan perempuan itu hanya soal jenis kelamin, sedangkan sepak bola tidak mengenal jenis kelamin, garis bawahi ini!.

Image by planet_fox from Pixabay.com
Masih berkaitan dengan sepak bola, ada permainan fantasi yang semakin banyak orang menggandrunginya, di Liga Inggris ada permainan yang namanya Fantasy Premier League (FPL). Tak perlu saya jelaskan apa itu FPL, paling sudah pada tahu, kan? Misalnya belum, cari sendiri lewat google apa itu FPL. Maaf.

Awal saya main FPL, tak seperti sekarang, sebagian manajer FPL yang aktif di twitter dengan fasih menyebut nama Siska Puji Rahayu. Pendukung Liverpool yang juga pemilik akun twitter @cisskarahayu, merupakan manajer FPL perempuan yang sudah lama otak atik manajerial fantasi ini, lebih dulu dibanding saya, dan mungkin Anda, tepatnya sejak tahun 2013. Sudah lama, bukan? Tanyakan sendiri kalau tidak percaya. 

Selain Siska, sekarang ini bermunculan manajer perempuan yang ikut meramaikan dunia FPL di Indonesia, tambah banyak. Tak bisa saya sebutkan satu persatu, tapi bila penasaran bisa mengunjungi akun twitter @KoFPLIKartini, akun media sosial Komunitas Pemain FPL Wanita Se-Indonesia. Nah, jelas bahwa sudah ada wadah bagi manajer FPL wanita di Indonesia. Ini kabar baik. Bagi dunia FPL, tentu ini angin segar, demikian juga bagi manajer laki-laki yang masih sendiri. Ehem… Tanpa bermaksud apa-apa, siapa tahu bisa ketemu jodoh dari kesamaan hobi bermain FPL. 

Bukan tanpa dasar, sudah banyak jodoh dipertemukan dari kesamaan hobi atau profesi. Bibit itu sudah mulai muncul. Beberapa waktu yang lalu timeline saya disibukkan dengan gombalan Cak Sambat, mungkin saking bahagianya dia karena Harry Kane panen poin, dan yang menjadi "korban" gombalannya adalah anggota KoFPLI Kartini. Entah, ini termasuk aib atau bukan, kabar baik atau bukan. 

Gombalan Cak Sambat
Setidaknya potensi perjodohan itu ada. Tapi sudahlah, kalau jodoh tidak kemana, bersembunyi di balik poin ambyar pun akan bertemu di puncak klasemen. Sama halnya dengan perolehan poin FPL yang kadang berjodoh dengan mereka yang sabar. Contoh sederhana, di GW 2 lalu, sebagian manajer dibuat menyesal bukan kepalang, karena mengorbankan pemain lama dengan pemain baru yang ternyata blank. Son, Kane, Mane dijual demi Martial, Bruno Fernandes, Rashford. Nah, ternyata pemain yang dijual panen poin, dan yang dibeli tidak menghasilkan apa-apa. Pun demikian dengan GW 3 dan 4, hampir setiap pekan menghadirkan penyesalan bagi para manajer.

Salah satu poin yang perlu digaris bawahi adalah tentang kesabaran. Banyak yang menjual pemain hanya berdasar dari satu penampilan, takut karena naik turun harga, terpesona hasil poin dalam satu pertandingan, dan sebagainya. Termasuk saya diantaranya. Banyak pemain yang memberi hadiah bagi mereka yang sabar. 

Kembali lagi kebahasan awal, bermunculannya manajer FPL wanita layak di support, bukan berarti manajer wanita itu tidak lebih pandai dari manajer laki-laki, tapi lebih pada suntikan semangat. Bukan berarti saya mengatakan bahwa manajer wanita adalah kelompok minoritas, tapi hanya sekedar menegaskan bahwa jumlah manajer wanita masih sedikit. Bicara soal perolehan poin hingga saat ini, banyak yang poinnya diatas rata-rata. Lihat saja di klasemen Liga KoFPLI Kartini, iya, liga yang khusus bagi manajer wanita, poinnya bagus-bagus. 

Klasemen hingga GW 4
Lambat laun pertumbuhan jumlah manajer wanita akan terus bertambah, saya yakin itu, karena ini bukan hanya soal hobi, tapi kepuasan yang tak bisa didapatkan dari sekedar pergi ke mall untuk berbelanja. Oleh karenanya, mari berangkat bersama, dalam satu perahu manajer FPL Indonesia, kita saling dukung. Boleh lah semisal iseng, Cak Sambat adalah bukti bahwa iseng juga diperbolehkan, soal niat serius untuk mencari jodoh juga tidak ada salahnya, bukan?.

Hanya sedikit pesan buat kaum laki-laki, khususnya manajer FPL yang sedang mencoba peruntungan, sabar, dalam konteks wanita yang menjadi manajer FPL, sepertinya pengertian saja tidaklah cukup, karena wanita tidak hanya butuh dimengerti, tapi juga butuh banyak poin untuk dapat panah hijau dan menjadi juara. Kalau boleh bermimpi, suatu saat nanti manajer FPL wanita dari Indonesia bisa menjadi juara dunia. Sukur-sukur ada manajer FPL yang menemukan jodohnya dari permainan fantasi ini. Begitu.

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda