Banjir Dan Kambing Hitam
Musim hujan sudah datang, meski hujan belum merata di banyak wilayah, namun aroma datangnya banjir sudah mulai terasa, baik itu banjir dalam skala kecil, maupun dalam skala yang besar. Di Jakarta, Cilacap dan beberapa kota lainnya, banjir sudah melanda. Tidak ada yang berharap mendapatkan limpahan air atau kebanjiran, tapi berkaca pada yang sudah-sudah, banyak wilayah yang menjadi langganan banjir setiap musim penghujan.
Dengan selalu adanya banjir di beberapa wilayah, pemerintah sering menjadi kambing hitam, disalahkan sana-sini. Meski tak sepenuhnya salah, namun menurut saya faktor terbesar penyebab banjir adalah manusia itu sendiri. Artinya bahwa kurangnya kepedulian terhadap lingkungan mengakibatkan banjir lebih besar peluangnya untuk terjadi.
Penebangan hutan secara liar dan membabi buta bisa jadi merupakan faktor yang dominan, bagaimanapun juga ketiadaan hutan bisa mengakibatkan banjir karena tak ada lagi resapan yang memadai.
Menjadikan saluran dan sungai sebagai tempat sampah adalah hal yang "biasa", tak perlu dibantah, coba lihat disekitar Anda untuk menyatakan kebenarannya. Sampah-sampah yang sebelum musim hujan menumpuk dan belum terasa dampaknya, saat musim hujan akan memenuhi saluran dan membuat air sulit mengalir, lihat saja saat air meluap dari saluran, pasti ada sampah yang menjadi masalah.
Menutup saluran secara permanen dengan plat beton, terutama rumah atau bangunan yang berada di pinggir jalan. Tentu saja keberadaan saluran didepan rumah atau bangunan yang langsung berhadapan dengan jalan dirasa kurang mengenakkan, oleh karenanya tak sedikit yang menutup dengan plat beton, dengan banyak alasan. Tapi, kurang dipikirkan tentang perencanaan kedepan, sehingga tak sedikit kasus saluran yang menjadi mampet karena pendangkalan di bawah plat atau sampah yang menyumbat di dalamnya.
Pembangunan yang tidak memperhatikan dampak lingkungan, kurang memperhatikan pentingnya saluran atau pembuangan air juga layak dijadikan faktor penyebab. Banyak sekarang kasus yang seperti ini, sebagai contoh adalah apa yang dialami oleh teman saya, dimana perumahan yang sekarang ditempati sering terjadi banjir karena tidak jelas hulu-hilir pembuangan air.
Dalam pembangunan saluran, perlu perencanaan yang matang, perlu diperhatikan besarnya debit air, bentuk/dimensi saluran, elevasi, dan juga kejelasan hulu-hilir saluran agar air bisa mengalir maksimal.
Jadi, perlu koreksi tentang mana yang perlu diperbaiki agar permasalahan banjir bisa teratasi. Pemerintah memang menjadi aktor yang paling sering menjadi kambing hitam, memang tak sepenuhnya salah, tapi kalau terus-terusan menyalahkan pemerintah, saya kira ini kurang tepat. Semoga saja segera terbangun kesadaran dari masyarakat (saya) dan seluruh elemen yang ada, sehingga permasalahan banjir di Indonesia bisa teratasi.
Jadi, perlu koreksi tentang mana yang perlu diperbaiki agar permasalahan banjir bisa teratasi. Pemerintah memang menjadi aktor yang paling sering menjadi kambing hitam, memang tak sepenuhnya salah, tapi kalau terus-terusan menyalahkan pemerintah, saya kira ini kurang tepat. Semoga saja segera terbangun kesadaran dari masyarakat (saya) dan seluruh elemen yang ada, sehingga permasalahan banjir di Indonesia bisa teratasi.
24 comments for "Banjir Dan Kambing Hitam"
barangkali bisa juga demikian: maukah rakyat jakarta lebih peduli dengan permasalahan banjir di wilayah mereka?
Hi hi hi... dari pada harus berjalan jauh ke mana-mana, begitu komentarnya tetangga ku - kami memang tinggal di daerah yang kata orang "daerah banjir" tapi karena orang-orang sekitar cuek saja, jadi mindsetnya berubah: kita budgetkan saja banjir tahunan :)
Menjaga agar tidak kebanjiran.
Intinya, saluran air jgn sampai mampet.
Daerah resapan air jgn dibangun macem2.
Jakarta harus dibuatin lagi Setu yg banyak.
Mau mengajak tetangga... sekarang pada sibuk semua.
Di Sekolah saya diajarkan untuk gotong royong.
tetapi di desa kami saya kesadaran gotong royong mulai hilang, Apalagi di kota ya?
ah... dilema....
kurang "merasa" ya mas..