Geliat Pemuda Dalam Melestarikan Kesenian Jaran Kepang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terbentang dari Sabang hingga Merauke. Keberagaman suku, adat istiadat, seni dan budaya menjadikan Indonesia sebagai negara yang menyimpan kekayaan luar biasa. Dengan keragaman ras dan suku menjadikan Indonesia kaya akan seni budaya, karena masing-masing daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.
Dengan semakin berkembangnya zaman, lambat laun kekayaan budaya bangsa semakin terkikis, hal ini disebabkan semakin sedikitnya generasi muda yang mau nguri-uri (melestarikan) kebudayaan warisan leluhur. Memang menjadi sebuah ironi, tapi inilah kenyataan yang patut menjadi koreksi bahwasannya perlu ada upaya agar budaya yang adiluhung tak punah termakan zaman.
Menyadari hal tersebut, bermula dari gagasan teman-teman saat ngobrol-ngobrol, tercetuslah sebuah ide untuk membangkitkan kembali seni budaya yang dulu pernah jaya di masanya. Ya, Jaran Kepang merupakan salah satu warisan budaya yang dulu terkenal di desa kami. Sayangnya, karena minimnya upaya pelestarian dan tidak adanya regenerasi membuat kesenian tersebut lama vakum, bahkan hampir tak ada lagi gaungnya. Sebenarnya ada banyak macam kesenian, tapi menurut kami yang paling pas adalah Jaran Kepang, tanpa mengkesampingkan kesenian yang lain tentunya.
Kesenian Jaran Kepang |
Untuk beberapa wilayah, Jaran Kepang dikenal sebagai Ebeg, Kuda Lumping, Jathilan, dan beberapa nama lain. Tapi, di desa kami, Ringin Putih, Karangdowo, Klaten, kesenian Jaran Kepang lebih mudah dimengerti karena memang inilah nama generic yang melekat secara turun temurun.
Lewat wadah sinoman (perkumpulan muda mudi) Kridho Mudho Ngesthi Susilo, maka niat untuk melestarikan budaya lewat kesenian Jaran Kepang pun direalisasikan. Prosesnya mulai dari nol, berbekal niat dan kemauan, karena memang tidak ada persiapan khusus.
Proses Pembuatan Jaran (Kuda)
Setelah menghubungi beberapa tokoh, khususnya beliau-beliau yang dulu menggeluti Jaran Kepang, maka dimulailah pembuatan jaran (kuda) yang bahannya dari kepang (anyaman bambu). Hampir setiap malam para pemuda bergantian memproses pembuatan kuda, mulai dari penggambaran karakter kuda hingga pewarnaan dengan cat.
Butuh waktu berbulan-bulan untuk dapat menyelesaikan, karena pembuatan jaran kepang ini hanya dilakukan saat senggang, tidak ada target khusus, kecuali keinginan untuk dapat memeriahkan peringatan Hari Kemerdekaan RI di tanggal 17 Agustus dan pentas dalam rangka peringat hari proklamasi kemerdekaan di bulan yang sama. Selama 148 hari kurang lebih proses pengerjaan, mulai 8 Maret 2015 dan selesai tanggal 2 Agustus 2015.
Latihan Jaran Kepang
Meksi belum 100% jadi, namun kuda yang dibuat sudah bisa digunakan untuk latihan. Maka, setiap malam dalam waktu yang disepakati bersama, diadakanlah latihan. Maklum, bagi para pemuda ini adalah pengalaman pertama, belum ada modal pengetahuan, kecuali sebatas tahu saat menyaksikan pertunjukan jaran kepang.
Latihan Jaran Kepang |
Dengan bimbingan para tokoh penggiat kesenian, berbekal tekat kuat, akhirnya sedikit demi sedikit para pemuda mulai memahami, timbul pengetahuan bagaimana cara memainkan kesenian Jaran Kepang ini.
Peresmian dan Pemberian Nama
Setelah melewati proses cukup panjang, maka tepat tanggal 17 Agustus 2015 di resmikan nama dan pengesahan bahwa perangkat jaran kepang adalah milik pemuda dalam wadah sinoman Kridho Mudho Ngesthi Susilo. Kelompok kesenian Jaran Kepang di beri nama Turonggo Seto, peresmian dilakukan oleh Kepala Desa. Setelah acara seremonial dilakukan, maka dihari itu juga pertama kali dipertunjukkan hasil karya, olah rasa, serta olah pikir para pemuda di hadapan masyarakat dengan memainkan Jaran Kepang keliling kampung.
Pentas di Acara Tujuhbelasan
Setelah acara tanggal 17 Agustus, sebagai puncak perayaan HUT Kemerdekaan RI ke-70, pada tanggal 26 Agustus 2015 diadakan pentas drama dan pertunjukan jaran kepang. Acara berlangsung meriah, ada kepuasan tak terkira dari segenap pemuda karena cita-cita untuk melestarikan seni dan budaya sudah mengalami titik cerah. Tinggal menjaga konsistensi agar apa yang sudah di upayakan selama ini bisa terus terjaga.
Pelestarian Kesenian Jaran Kepang
Untuk terus menjaga kelestariannya, saat ini diadakan latihan secara rutin sekaligus untuk semakin memperkenalkan kepada masyarakat. Regenerasi pun sudah dilakukan sejak dini, anak-anak ikut dilibatkan dan diajari untuk njaran.
Menanamkan Kecintaan Pada Budaya Sejak Dini |
Antusiasme masyarakat merupakan pelecut semangat untuk terus menjaga kelangsungan warisan budaya ini. Memang tidak tahu sampai kapan akan bertahan, tapi minimal upaya yang dilakukan oleh kami selaku pemuda diharapkan mampu menjadi benih yang akan tumbuh dan berkembang.
Melestarikan Seni Dan Budaya |
Jaran Kepang tak hanya sekedar pertunjukan kesenian biasa, ada filosofi yang terkandung didalamnya. Teknologi boleh berkembang, zaman boleh berubah, tapi kebudayaan merupakan pondasi yang kuat dari sebuah bangsa. Untuk dapat menangkal dampak negative dari arus globalisasi, kebudayaan adalah filter yang mampu menyaring hal-hal buruk yang dapat mempengaruhi karakter sebuah bangsa. Semoga saja upaya pelestarian kesenian Jaran Kepang di desa kami juga terjadi di wilayah lain, karena bisa dipastikan jika tidak ada yang peduli dan melestarikan, maka kesenian atau kebudayaan kelak hanya tinggal cerita.
1 comment for "Geliat Pemuda Dalam Melestarikan Kesenian Jaran Kepang"