Panutan dan Hak Penuh Manajer Dalam Bermain FPL - Sukadi.net

October 1, 2020

Panutan dan Hak Penuh Manajer Dalam Bermain FPL

Bermain FPL adalah sebuah kesalahan. Jangan anggap serius pendapat ini, saya hanya mencoba menerka isi hati mereka yang menyesal karena telah berkorban banyak waktu dan fikiran untuk serius menjadi manajer FPL, tapi merasa tidak mendapatkan apa-apa. 
Fantasy Premier League
Fantasy Premier League (FPL) telah mengubah perasaan, membuat sebagian manajer merasa rindu tanpa alasan. Sudah sekian tahun saya bermain FPL, kalau sedikit keren menyebut diri sebagai manajer. Setiap pekan saya menunggu rekomendasi pemain muncul, untuk sekedar membaca statistik dan kemungkinan peluang mendulang poin dari pemain yang saya punya. Biasanya rekomendasi dari Panditfootball.com yang jadi favorit, bagaimanapun juga saya butuh referensi untuk meyakinkan diri bahwa pemain yang saya pilih adalah sudah benar. Walau kadang juga tidak ada satu pun pemain yang saya miliki masuk dalam rekomendasi. Tapi saya merasa puas. Apa yang saya lakukan barangkali juga dilakukan oleh manajer lain, karena pada umumnya sifat manusia adalah butuh penegasan. 
Rekomendasi dari Cak Sambat
Menurut pendapat beberapa orang, Cak Sambat adalah manajer ulung, dulu rajin membuat rekomendasi pemain pembeda, walau banyak yang meleset, tapi dia sudah punya keberanian untuk mencoba membantu orang lain. Walau kadang rekomendasinya malah menyesatkan. Mohon maaf kalau pemilihan kata saya kurang tepat. Apakah yang dilakukan Cak Sambat keliru? Tidak. Menurut saya, keputusan dalam menentukan pemain adalah manajer sendiri, orang lain hanya sekedar memberi alternatif pilihan. Kan tidak ada paksaan untuk memilih pemain yang direkomendasikan, bukan? 

Nah, bukan soal benar salah, dunia FPL adalah dunia yang penuh ketidakpastian. Nikmati saja. Saya juga kadang tidak percaya rekomendasi orang lain, lah main FPL ini kan seperti tebak-tebakan, kadang salah, kadang benar. Feeling saya sendiri dalam memilih pemain juga banyak salahnya. 

Bila sebuah rekomendasi pemain adalah sebuah kepastian hasil, maka 92,29% yang memberi rekomendasi akan juara, minimal 10 besar, karena dia tahu siapa yang bakal panen poin tiap gameweek. Sederhananya, rekomendasi pemain adalah gambaran, dan dipilih atau tidak itu urusan manajer. 

Ada orang merekomendasikan seorang gadis, yang parasnya cantik, kaya, pekerjaan mapan, dan hal baik lainnya. Tapi, apakah gadis ini adalah pilihan yang tepat? Belum tentu. Secara "statistik" dia adalah gadis idaman, kemungkinan akan menyenangkan kalau bisa memilikinya. Setelah disunting, apakah 100% prediksi benar? Belum tentu. Ini memang dalam konteks yang berbeda, hanya saja sedikit saya mirip-miripkan, biar saya mudah mencari perumpamaan. Maaf. 

Pendapat saya, FPL juga sangat mungkin dibuat asik. Orang boleh punya panutan, punya manajer favorit yang dijadikan referensi dalam bermain FPL. Sangat banyak orang atau media yang memberikan rekomendasi pemain tiap pekannya, tiap hari berseliweran di lini masa, dengan atau tanpa embel-embel keahlian tertentu. Tapi sekali lagi saya tuliskan, yang menentukan keberlangsungan sebuah tim adalah manajer itu sendiri, manajer punya hak penuh dalam pengelolaan tim, tanpa paksaan maupun tekanan dari fihak manapun. 

Mohon beri pencerahan kalau pendapat saya keliru, mungkin saja sudut pandang saya berbeda dengan Anda. Karena setiap manajer punya "jalan ninja" masing-masing. Manajer punya tanggung jawab penuh terhadap tim yang dia miliki, walau ini hanya sekedar permainan. 

Akhirnya, sebagai penutup terpaksa saya kutip lagi quote Cak Sambat yang tak berguna ini : "main Zuma kalau cari bahagia, FPL tempatnya sambat". Begitu.

*****
Baca juga tulisan saya di web KoFPLI : Menikmati FPL Dengan "Jalan Ninja" Masing-masing 

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda