Sampai Kapan Akan Bertahan? - Sukadi.net

November 26, 2011

Sampai Kapan Akan Bertahan?

Masih ada (sisa) sawah yang meruah, ladang yang terbentang. Diantara himpitan laju "pembangunan" dan sering juga laju keserakahan. Tapi, sampai kapan akan bertahan?.

Entahlah, entah sampai kapan hamparan hijau ini akan bertahan. Setahun, dua tahun, tiga tahun, bahkan tak berani saya memastikan sampai kapan hamparan perswahan ini akan tetap pada fungsinya. Sudah banyak yang tergusur, tergantikan mall, supermarket, minimarket, SPBU, dan berjejal rumah yang menggantikan nilainya.

Sepertinya tinggal menunggu waktu, secara perlahan kondisi sudah kian tidak memungkinkan. Petani pun kelihatannya juga mulai kehilangan gairah, terkadang hasil tak sebanding dengan biaya yang harus dikeluarkan. Harga pupuk dan obat pertanian yang sering tak berlogika makin memperlebar lahan subur untuk pondasi-pondasi bangunan baru. Belum lagi, "kebijakan" yang kadang membuat petani di negara yang katanya negara agraris ini menjadi makin putus asa. Negara agraris kok impor hasil pertanian?, demikian tanya saya dalam hati, lucu dan aneh menurut saya.

Lalu, sampai kapan akan bertahan?. Biarlah waktu yang menjawab.

Bagikan artikel ini

25 comments

  1. tak lama lagi akan bertahan....


    dan sebentar lagi kita harus cari makanan jenis baru

    ReplyDelete
  2. sudah terbukti nyata di lingkungan saya pak, skarang ladang pertanian mending ditanami bangunan (rumah) dan orang2nya malah lebih memilih merantau. Jika itu dibiarkan, maka tak akan lama lagi ketakutan itu akan terjadi, tak kan ada lagi ladang nang menghijau

    ReplyDelete
  3. kalau sawah pada hilang... anak cucu kita makan apa???

    ReplyDelete
  4. @Skydrugz: makanan jenis baru?, ah, tak terbayangkan seandainya itu benar terjadi.. :(

    @Mabruri: karena memang banyak faktor yang mempengaruhi, bisa jadi, pendapatan tak sebanding dengan pengeluaran saat bercocok tani.. dan yang berduit berani bayar mahal untuk sawah/ladang itu..

    @wisata indonesia: yang pasti makan, untuk bertahan hidup, soal jenis makanan mungkin menyesuaikan perkembangan.

    ReplyDelete
  5. seiring waktu yakin takkan bertahan lama,,,,,
    didaerah saya ajah udah sedikit yang punya ladang

    ReplyDelete
  6. @Atma Muthmainna: bagaimanapun juga semua harus "berproses"..

    ReplyDelete
  7. Alam diciptakan dg keseimbangan,
    sbgian manusia berulah merusak keseimbangan dan sbgian berupaya memperbaiki...
    mungkin para ilmuwan yg ahli bisa menghitung sampai kpn alam bisa bertahan..
    dan ketentuannya tetap menjadi misteri ilahi...
    salam...

    ReplyDelete
  8. Kebetulan depan rumah saya sawah dan belum "termakan" oleh gedung2/bangunan, justru saya rencana klo punya uang mau beli sawah depan rumah utk dijadikan rumah soalnya pemandangan lumayan hahaha . . . (mengawali yg tidak baik) ;)

    ReplyDelete
  9. maungkin itu artinya pemerintah sudah tidak lagi menghendaki sandangan 'negara agraris' kita pergunakan mas..?!?! itu berarti mereka (pemerintah) sedang melawan alam.. kodrat.. :(

    ReplyDelete
  10. pahal sawah lebih berharga daripada bangunan

    ReplyDelete
  11. Fenomena ini akan terus berlanjut ketika pemberian perijinan (AMDAL dll) dipermudah seperti RS dan Hotel yang tidak perlu AMDAL, sehingga orang dengan mudahnya mendirikan bangunan di lahan hijau.
    Apalagi di daerah yang mengejar PAD dan Investor

    ReplyDelete
  12. Sebenernya sih, yg jadi faktor utama menurutku, ya keserakahannya orang2 yg lagi pada duduk nyante diatas sana kang, lha wong sampe Garem aja kok Impor, opo Garem Madura kurang akeh tah? belum lagi pupuk sama beras juga ikutan Impor, sayur yg di Supermarket juga Impor, dan herannya wong2 sugih, ya lebih suka nikmatin makanan yg import, jadi makin lama, bukannya makin sejahtera petani2 kita justru makin susah untuk nyambung hidupnya, gak heran klo banyak diantara mereka milih menjual lahan sawahnya untuk dibangun gedung2 bertingkat karena ngerasa udah gak mampu ng'garap apa2 lagi...

    Hah... bingung mau ngasih solusi apoa kang...

    ReplyDelete
  13. perubahan zaman dan pergeseran roda perekonomian

    ReplyDelete
  14. Intinya kalo menurt saya kita belajar untuk merubah gaya hidup kita di mulai dari diri masing,,mudah2n itu akan merubah keadaan yg mulai memburuk saat ini.Kunjungi juga yah Web Flash saia Printing Machine. Salam Kenal.

    ReplyDelete
  15. Pasti bisa,sampai kapan pun pasti bisa.

    ReplyDelete
  16. berteman dgku ya sob...di

    www.amirzona.blogspot.com

    blog khusus dakwah,aktifis,persatuan,hiburan dan sains

    ReplyDelete
  17. Perubahan di dunia ini dalam segala aspeknya adalah untuk kemajuan dunia itu sendiri, tidak ada yang tidak berubah, karena hidup itu sendiri adalah perubahan, jika tidak berubah itu bukan hidup, bukan dunia. dibalik ketidak kekekalan ada kehidupan yang abadi, yaitu ketidakkekekalan itu sendiri adalah abadi. jadi kawan, lihatlah selalu pertumbuhannya, bukan sisi positifnya saja, melainkan perubahan selalu merangakai positif dan negatif menjadi cahaya kehidupan.terima kasih

    ReplyDelete
  18. Ane kangen Sawah yang seluas mata memandang... . Dimana ? semua teracuni rumah, rel dan bangunan... .

    ReplyDelete
  19. pembangunan memang berdapak positif tapi juga ada negatifnya salah satunya ya sawah ladang kita ahirnya harus terkikis sedikit demi sedikit sampai ahirnya habis,naudzubillah semoga hal ini tidak terjadi...

    ReplyDelete
  20. Entahlah, sampai kapan akan bertahan, tak terbayangkan seandainya nanti makin berkurang keberadaannya.. :(

    ReplyDelete
  21. sayang memang..keadaan demikian ini sepertinya ga akan berlangsung lama.. :(
    miris....

    ReplyDelete
  22. setuju gan,,sampai kapan ii akan bertahan,,saya rasa semakin kesini makas akan semakin berkurang,,dan akan habis kalo kita tidak mengambil langkah,,,untuk melindunginya.

    ReplyDelete
  23. klo kita bisa menjaga kelestariannya pasti akan bertahan .
    tergantung masyarakat sajalah :)

    sempatkan mampir ke website kami
    http://www.hajarabis.com

    ReplyDelete
  24. kita harus melindungi bumi ini agar bisa untuk cucu kita suatu saat nanti, thanks

    ReplyDelete