Hujan Dan Puisi
Sore tadi saya ngobrol dengan teman, dia bercerita saat dulu saat masih bujangan, saat turun hujan dengan mudah dia menulis puisi. Kata-kata dengan mudahnya terangkai menjadi sebuah puisi, hampir selalu ada kata yang mengalir untuk dijadikan sebuah puisi, kala hujan. Ah, saya pun merasa demikian, walau tak pandai menulis puisi, tapi dulu saat masih belum menikah saya juga punya "kebiasaan" yang seperti itu.
Tahukah kamu orang yang paling tak berperasaan? Dia yang jauh dari kekasih di saat hujan, tapi tak menghasilkan puisi. - Sujiwo Tejo-
Saya masih mengarsipkan beberapa tulisan, dan beberapa diantaranya saya tuliskan kembali dalam blog saya di Padang Cahaya. Salah satu tulisan saya yang inspirasinya hadir dalam hujan adalah Dalam Hujan Kutuliskan Cinta, demikian isinya:
Sebenarnya, banyak yang ingin aku tuliskan, padamu
hanya saja, hujan telah menghapus jejak
menghilangkan guratan-guratan
dan memunculkan pesona yang baru
Akhirnya, tak perlu aku tuliskan, padamu
tentu saja, dalam hajan yang telah menghapus jejak
yang telah menghilangkan guratan-guratan
kutitipkan tulisan kepadamu, perihal cinta
Minggu, November 20, 2011
Maaf, entah apapun namanya, tulisan tersebut terinspirasi oleh hujan. Memang ada banyak hal yang hadir saat-saat tertentu, tak selalu saat hujan. Setiap momen pasti mempunyai kesan tersendiri, dan dari perasaan masing-masing orang menterjemahakan setiap momen tersebut kedalam imajinasi yang berbeda-beda.
Kembali pada cerita teman saya tadi, apakah mungkin ada relevansi antara hujan dan puisi?, karena saya kira itu hanya sebuah momen yang mungkin saja hanya sebuah kebetulan. Kalaupun ada relevansinya, barangkali rintik hujan memberi sentuhan sensitif kepada rasa untuk dapat mengalirkan perasaan yang terdalam kedalam larik-larik bait puisi. Lalu, mungkinkah benar kalau kami (saya) tak berperasaan?, seperti yang dikatakan Sujiwo Tejo, saat jauh dari kekasih di saat hujan, tapi tak menghasilkan puisi. :)
Kembali pada cerita teman saya tadi, apakah mungkin ada relevansi antara hujan dan puisi?, karena saya kira itu hanya sebuah momen yang mungkin saja hanya sebuah kebetulan. Kalaupun ada relevansinya, barangkali rintik hujan memberi sentuhan sensitif kepada rasa untuk dapat mengalirkan perasaan yang terdalam kedalam larik-larik bait puisi. Lalu, mungkinkah benar kalau kami (saya) tak berperasaan?, seperti yang dikatakan Sujiwo Tejo, saat jauh dari kekasih di saat hujan, tapi tak menghasilkan puisi. :)
7 comments for "Hujan Dan Puisi"
Cinta itu tak bersembunyi, hanya terkadang disembunyikan, ditutupi.
Cinta itu ada, hanya terkadang dianggap tiada.
Cinta itu kamu, hanya terkadang malu-malu untuk mengaku.
Cinta itu menyatu, selalu dan terkadang berlalu.
Dalam kehidupan, cinta itu menyatu, dengan apapapun disembunyikan dan ditutupi, keberadaannya selalu nyata.
New Posts: 7 Tips Menumbuhkan Motivasi dalam Diri