ABG Tua Untuk Anak-Anak - Sukadi.net

October 1, 2012

ABG Tua Untuk Anak-Anak

gbr ilustrasi
Beberapa hari yang lalu, saat saya melintas di sebuah swalayan, saya melihat ada panggung yang berdiri di depan swalayan tersebut. Di depan panggung berjejer kursi, dan anak-anak SD yang masih berseragam nampak duduk di deretan kursi tersebut, sebagain ada yang berdiri. Saya berfikir mungkin saja acara tersebut memang acara swalayan tersebut untuk anak-anak, karena dulu memang pernah ada lomba menggambar di swalayan tersebut.

Saya tak begitu memperhatikan acara tersebut, karena memang tujuan saya adalah ke terminal yang kebetulan terletak tak jauh dari lokasi acara. Yang jelas, saya masih medengar saat penyanyi yang berada diatas panggung berkomunikasi dengan anak-anak tersebut. Rupanya anak-anak ini pun komunikatif, pada saat penyanyi panggung yang ada menawarkan lagu, anak-anak ini spontan minta lagu, bukan lagu anak-anak tentunya, tetapi lagu cinta atau lagu orang dewasa.

Beberapa saat kemudian, terdengar musik yang rancak, irama yang tak asing bagi saya, ya, anak-anak itu rupanya disuguhi dengan lagu dangdut ABG Tua. Lagu tersebut sangat jelas saya dengar dari terminal dimana saya berada disana. Apakah saya terkejut?, tidak!, saya tidak merasa terkejut atau heran, karena hal semacam ini mungkin sudah menjadi sesuatu yang dianggap biasa, meski sebenarnya saya merasa miris.

Sering saya menjumpai saat ada pertunjukan dangdut, hampir selalu ada anak-anak disana, entah itu karena inisiatif sendiri atau memang diajak oleh orang tuanya. Memang secara aturan tak ada yang melarang, kalau hanya sekedar mencari hiburan saya kira masih dalam batas kewajaran. Namun, yang terkadang membuat 'deg-deg-an' adalah ketika anak-anak disuguhi dengan goyangan 'hot' para penyanyi dangdut.

Setiap masa ada orangnya, dan setiap orang ada masanya. Terkadang orang sulit memisahkan antara hiburan dengan "hiburan", kalau menghibur di lokasi umum harusnya ada etika yang mengatur tentang apa dan bagaimana, sehingga hiburan tersebut aman dan bisa dinikmati semua kalangan. Saya tak bermaksud menyalahkan pihak manapun, toh salah benar itu berkaitan dengan sudut pandang, dan sudut pandang masing-masing orang tentunya berbeda.

Catatan: Setelah saya melintas pulang, ternyata acara sebenarnya adalah pengundian hadiah dari sebuah bank yang bekerjasama dengan toko swalayan tersebut, bukan acara untuk anak-anak. Acara hiburan yang disajikan adalah organ atau dangdut, sebuah kebetulan ada sekolah yang dekat dengan swalayan tersebut, saat pulang, anak-anak SD tersebut menonton dan duduk di kursi yang kebetulan banyak yang kosong.

Bagikan artikel ini

5 comments

  1. miris sekali dengan sajian ndandutan sekarang Kang, karena yang mereka pamerkan bukan hanya suara, tapi tubuh. Mereka saling berebut mencari sensari eksploitasi diri. Parahnya, mereka nggak pernah mikir kalo yang nonton adalah anak-anak. Mbok ya mikir, gimana jika yang nonton itu anaknya, ato keponakannya sendiri

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mungkin mereka kurang peduli dengan hal tersebut, Kang. Suara boleh pas-pasan, tapi kalau yang dijual bukan suaranya, itu yang jadi persoalan.

      Delete
  2. Sebuah pandangan yang tepat kalo menurut saya..
    ini secara perlahan juga dapat mengikis moral baik apabila hiburannya tak ada aturan...
    hal yang sangat menarik. Terimakasih.

    ReplyDelete
  3. ya dangdut sih asik aja,, tp kalu aku liat yang yanyi gak cantik tp merasa cantik tu yang bikin aku sebel

    ReplyDelete
  4. Semakin hari orang2 kita semakin jauh dari tata krama dan adat yang baik

    ReplyDelete